Eustress, Distress dan Harddisk yang Overvoltage


Tulisan kali ini mungkin akan jadi tulisan yang terkesan ngalor-ngidul, tapi harap maklum, karena kata-kata yang tertuang memang dipaksa muncul dari sela-sela pikiran saya yang sedang agak semrawut.

Saya akan mulai dengan sedikit membahas mengenai sebuah kata yang menurut saya selalu terdengar seksi, yaitu "stress".

Dari yang pernah saya baca, stress itu bisa dikategorikan ke dalam dua macam, yaitu eustress dan distress (Quick dan Quick : 1984). Definisi masing-masing secara detil bisa kita baca di berbagai artikel di Internet maupun di buku-buku psikologi, tapi singkatnya eustress itu merupakan hasil dari respon terhadap stress yang bersifat sehat, positif dan konstruktif (bersifat membangun), sedangkan distress itu sebaliknya, yaitu bersifat tidak sehat, negatif dan destruktif (bersifat merusak).

Saya menyinggung sedikit tentang stress kali ini karena memang dua hari ini saya merasa sedang stress. Bukan stress yang parah sih, tapi lumayan bikin kepala nyut-nyutan. Gara-garanya adalah hard disk 80 GB saya yang berisi data-data penting tiba-tiba terbakar pada salah satu komponennya dan menyebabkan harddisk tidak berdosa itu mati total. Sepertinya harddisk itu mengalami overvoltage dan yang terbakar itu adalah komponen voltage regulatornya. Sayangnya, board harddisk di sekitar komponen itu juga ikut terbakar lumayan parah, sehingga harapan untuk bisa membuatnya menyala kembali dengan sekedar mengganti komponen satu itu cukup tipis. Harapan ke dua adalah dengan melakukan board replacement atau penggantian board sambil memindahkan chip yang berisi nomor serial harddisk dari board yang lama ke board yang baru. Tapi harapan ke dua itu juga kembali membuat dahi saya berkernyit. Untuk mendapatkan board yang sesuai tidak mudah. Opsi selanjutnya adalah dengan membeli via online. Ada situs yang melayani pembelian berbagai jenis board harddisk semacam itu, tetapi ketika saya lihat harganya, aduh… $39! What the...! Jauh lebih mahal dibanding harga harddisknya sendiri.

Yah, mungkin dengan terpaksa untuk sementara waktu harddisk itu kubiarkan tergeletak di almari, meski setiap kali memandangnya terbayang data-data milik sekian banyak orang (mungkin jumlahnya ribuan, sebab usaha saya dua tahun terakhir ini adalah memang rental, pengetikan dan servis komputer). Selain itu ada juga master-master program dan data-data lain seperti foto-foto keluarga, kumpulan e-book yang jumlahnya entah berapa ratus atau mungkin ribuan. Mungkin salah saya juga yang tidak menyempatkan diri untuk membuat backupnya.

Tapi, bagaimanapun juga, saya yakin bahwa dibalik setiap kejadian pasti ada hikmah yang tersembunyi. Tidak mungkin hidup berjalan mulus-mulus saja tanpa ada masalah. Meski saya akui pikiran ini masih tegang, masih stress. Kalau kemudian itu menjadikan saya uring-uringan dan tidak ramah terhadap anak-istri dan orang-orang yang saya temui, barangkali itu salah satu contoh distress. Tetapi ketika stress itu saya paksa, seperti malam ini, agar menjadi energi untuk mengetik ulang salah satu skripsi yang alhamdulillah sudah bisa saya selesaikan, maka mungkin itulah contoh eustress.

Hm... jadi ingat potongan lirik lagu Bang Haji; “Stress… obatnya iman dan taqwa….

Komentar

Postingan Populer